Senin, 04 Januari 2010

Belajar Bahasa Inggris di Usia Dewasa

Belajar itu tidak mengenal usia. Apalagi belajar bahasa yang sudah menjadi bahasa internasional ini. Bahasa Inggris begitu penting untuk kita kuasai. Karena sekarang kemampuan berbahasa inggris telah menjadi suatu syarat di setiap instansi pekerjaan. Semua perusahaan menginginkan semua pegawainya memiliki keahlian yang satu ini. Supaya Sumber Daya Manusia kita tidak tertinggal oleh bangsa lain. Apalagi dengan keadaan sekarang yang serba modern dan teknologi semakin maju sehingga tingkat kemampuan Sumber Daya Manusia pun harus setara.
Belajar Bahasa Inggris memang tidak mudah apalagi ketika usia semakin menua. Tapi bukan berarti dengan usia yang bertambah tua kita begitu saja melupakan bahasa ini. Bukan berarti juga dengan mempelajari bahasa asing kita melupakan bahasa tanah air kita sendiri. Tapi ini merupakan salah satu tuntutan penting yang harus kita jadikan acuan agar kita bisa lebih semangat mempelajari bahasa ini dengan sungguh-sungguh. Jangan takut dengan usia. Belajar itu tidak ada kata terlambat. Berapapun usia kita jika ada niat besar untuk kita bisa mempelajari bahasa inggris, pasti kita akan bisa.

Jangan Jadikan Usia Sebagai Alasan !
Banyak orang yang menganggap bahwa otak tak ubahnya kulit yang bisa keriput dimakan usia. Hal ini pada sisi lain semakin dipertajam dengan adanya pepatah " belajar di waktu kecil bagai melukis di atas batu, belajar di waktu dewasa bagai melukis di atas air." Sehingga banyak orang-orang tua yang menyepelekan bahasa inggris, tapi bukan berarti karena mereka tidak menginginkan untuk bisa menguasai bahasa itu namun sebagian mereka beranggapan seperti di atas. Sehingga merek akan lebih malas lagi untuk mempelajarinya.
McLaughlin dan Genesee menyatakan bahwa anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa.
Sama halnya juga dengan biolinguist Eric H. Lennenberg yang berpendapat bahwa sebelum masa pubertas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. Makanya, ia lebih mudah belajar bahasa. Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya pun tidak maksimal.
Selanjutnya, Dr. Bambang Kaswanti Purwo, ketua Program Studi Linguistik Terapan Bahasa Inggris, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, dalam sebuah tulisannya yang bertajuk "Pengajaran Bahasa Inggris di SD dan SMTP", menyebut bahwa usia 6 - 12 tahun, merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Alasannya, otak anak masih plastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus.
Memang tidak kita pungkiri belajar di usia yang bukan lagi anak-anak lebih sulit untuk menyerap semua materi yang kita pelajari. Tapi semua ini bisa kita pungkiri dengan bukti-bukti bahwa kita bisa belajar Bahasa Inggris dengan baik di usia yang tidak lagi muda. Dengan niat yang besar dan usaha yang sungguh-sungguh insya alloh semua keinginan kita akan terwujud.
Namun, bukan berarti orang dewasa tidak mampu menguasai bahasa kedua (bahasa asing). Eric Lenneberg di lain sisi justru mengemukakan bahwa orang dewasa dengan inteligensia rata-rata pun mampu mempelajari bahasa kedua selewat usia 20 tahun. Bahkan ada yang mampu belajar berkomunikasi bahasa asing pada usia 40 tahun.
Kenyataan itu tidaklah bertentangan dengan hipotesis mengenai batasan usia untuk penguasaan bahasa karena penataan bahasa pada otak sudah terbentuk pada masa kanak-kanak. Hanya saja lewat masa pubertas terjadi "hambatan pembelajaran bahasa" (language learning blocks). "Jadi, maklum bila belajar bahasa selewat masa pubertas, justru lebih repot daripada ketika usia lima belas atau lima tahun," ujar Bambang.
Pada penguasaan bahasa pertama dikenal istilah "masa kritis" (critical period). Pada penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) terdapat istilah "masa peka" (sensitive period). Berdasarkan penelitian Patkowski, masa peka penguasaan sintaksis bahasa asing adalah masa sampai usia 15 tahun. Anak yang dihadapkan pada bahasa asing sebelum usia 15 tahun mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli. Sebaliknya, pada orang dewasa hampir tak mungkin aksen bahasa asing dapat dikuasai.
Masih tentang penguasaan aspek tertentu dari bahasa asing dalam kaitannya dengan faktor usia, Scovel menyebutkan, kemampuan untuk menguasai aksen bahasa asing berakhir sekitar usia 10 tahun. Sedangkan penguasaan kosa kata dan sintaksis, menurut catatannya, tidak mengenal batasan usia.
Dari paparan beberapa pakar di atas, dapat ditarik benang merah bahwa penguasaan bahasa asing tidaklah terbatas pada usia. Perbedaan yang cukup mencolok hanyalah pada kemampuan penguasaan aksen bahasa asing tersebut. Bagaimanapun, anak-anak lebih memungkinkan untuk beraksen seperti penutur asli (native speaker) dibanding orang dewasa. Dan yang tak kalah pentingnya tentunya adalah bahwa otak manusia sudah dilengkapi dengan suatu perangkat yang memungkinkan kita untuk belajar lebih dari satu bahasa.
Persoalannya adalah, pembelajar dewasa cenderung khawatir untuk berekspresi bahasa Inggris layaknya anak-anak tersebut. Mereka tidak siap mental untuk dikatakan salah ketika mereka berujar sesuatu dalam bahasa Inggris. Pikiran mereka digelayuti ancaman tertawaan dari lawan bicaranya. Hal ini bagaimanapun disebabkan oleh fokus utama pembelajar dewasa pada Language Learning-nya yang didefinisikan Krashen sebagai conscious knowledge of a second language, knowing the the rules, being aware of them, and being able to talk about them (pengetahuan secara sadar tentang bahasa kedua, memahami dan memperhatikan aturan-aturan bahasa tersebut. Ketika pembelajar dewasa fokus pada language learning ini maka kelemahannya adalah bahwa mereka akan tidak leluasa untuk belajar bahasa Inggris. Sepanjang proses pembelajaran mereka tidak terlepas dari beban kebenaran tatabahasa (grammatical correctness). Sebaliknya, ketika pembelajar dewasa mampu untuk mengkondisikan diri mereka dalam "ranah kekanak-kanakan berbahasa" maka ini adalah sebuah awal yang sangat positif untuk membuat mereka mampu berbahasa Inggris dengan tidak memakan waktu lama. Dalam hal ini, hal utama yang dibutuhkan adalah mengkondisikan diri untuk bebas dari beban berbuat salah ketika mencoba untuk berbahasa Inggris.
Banyak kasus ditemukan bahwa pembelajar bahasa Inggris dewasa pada batasan-batasan tertentu, bisa memahami orang lain yang berbicara bahasa Inggris. Tapi ketika diminta merespon, mereka mengalami kesulitan. Justru persoalannya bukan karena mereka tidak tahu jawabannya, tapi mereka takut salah dalam meresponnya.
Keberhasilan seseorang belajar bahasa asing, menurut Gardner dan Lambert,tidak tergantung pada kemampuan intelektual atau kecakapan bawaan berbahasa,tetapi sangat ditentukan oleh motif atau kebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya.
Ketidakmampuan pembelajar dewasa (adul learner) untuk berbahasa Inggris bukan pada kesalahan usia, keterlambatan belajar, ataupun lingkungan, namun lebih pada kemampuan dalam pemaknaan fungsi subtil komunikasi itu sendiri.
Oleh karena itu, lebih baik kita bersungguh-sungguh belajar bahasa inggris dari mulai sekarang, bukan berarti nanti ketika sudah tua kita tidak bisa mempelajarinya, namun alangkah lebih baik lagi jika kita mantapkan kemampuan berbahasa kita dari sekarang. Agar di usia kita yang tua nanti kita bisa mengajarkan kemampuan berbahasa inggris kepada anak-anak kita. Karena segala sesuatu hal itu lebih cepat akan lebih baik.
Referensi
Antoni, Condra.2008.”Belajar Bahasa Inggris di Usia Dewasa”.[online]. Tersedia :
http://re-searchengines.com/condra1108.html [13 November 2008]
Kurniawan, Andry.2005.”Kapan Amak Belajar Bahsa Inggris”.[online].Tersedia :
http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg70711.html [20 Maret 2005]


NELLA FAIDATUN (0902379)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar