Senin, 04 Januari 2010

Hubungan Antara Maraknya Lembaga Lembaga Kursus Bahasa Inggris dengan Kualitas Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia

Di era globalisasi ini bahasa inggris merupaka suatu kebutuhan yang wajib di kuasai apabila ingin bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Hampir setiap perusahaan besar mensyaratkan karyawannya untuk dapat menguasai bahasa inggris. Tidak hanya kemampuan tulisan tetapi lebih dituntut untuk dapan komunikasi secara langsung menggunakan bahasa inggris. Tidak mungkin kita mendapat posisi yang baik apabila syarat kemampuan berbahasa inggris tidak dipenuhi. Banyak sekali dari masyarakat kita yang terbentur masalah ini dalam pencarian pekerjaan yang layak. Mereka hanya dapat menempati posisi yang kurang strategis, karena alasan inilah mengapa karyawan asli Indonesia terutama yang pendidikannya didalam negeri relatif kalah dalam persaingan menempati posisi yang strategis.
Masyarakat Indonesia mulai sadar akan pentingnya kemampuan berbahasa inggris, oleh karena itu banyak diantara mereka yang mengikuti pelatihan pelatihan atau kursus bahasa asing di lembaga lembaga pendidikan luar sekolah. Tidak heran apabila sekarang kita melihat banyak sekali tempat tempat kursus yang bermunculan. Tidak hanya tempat kursus yang umum teapi juga ada yang memberikan jasa kursus secara private. Bagi penyelenggara kursus ini merupaka suatu peluang bisnis yang sangat prospektif. Sayangnya tidak semua orang dapat mengikuti alternatif ini karena memang tidak murah untuk mendapatkan pendidikan bahasa inggris di tempat kursus. Hanya orang orang yang memiliki uang lebih saja yang dapat meningkatkan skill berbahasa inggris mereka di tempat kursus.
Kita ambil contoh misalnya di Bandung, ada beberapa lembaga kursus yang sudah memiliki nama diantaranya, TBI, EF, EEP, LIA, dan lembaga kursus lokal lainya. Bahkan universitas pun membuka kursus misalnya di ITB. Biaya kursus pada lembaga lembaga kursus yang disebutkan tadi tidaklah murah, per bulannya antara Rp 300 000 sampai Rp 500 000 tergantung kelas apa yang dipilih. Meskipun biayanya mahal tapi ternyata peminat kursus sangat banyak sekali. Hal ini dapat menunjukan bahwa kualitas bahasa inggris yang diajarkan di sekolah masih kurang baik. Oleh karena itu masyarakat masih mencari alternative lain untuk menutupi kekurangannya terutama dalam hal kemampuan berbahasa inggris.
Apabila kita kaitkan fenomena diatas dengan melihat sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sebenarnya sangat ironis sekali.
“Sistem sekolah Indonesia sangatlah luas dan bervariasi ada lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, sistem ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). Dua menteri bertanggung jawab untuk mengelola sistem pendidikan, dengan 84 persen sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa 16 persen berada di bawah Departemen Agama (Depag). Sekolah swasta pun memainkan peran penting. Walaupun hanya 7 persen sekolah dasar merupakan sekolah swasta, porsi ini meningkat menjadi 56 persen di tingkat menengah pertama dan 67 persen di tingkat menengah umum” (web.worldbank.org, 2007).
Kalau melihat kutipan diatas, maka pemerintahlah yang memiliki tanggung jawab paling besar atas kualitas pendidikan di Indonesia. Pemerintah harus terus mengkaji dan menemukan formula formula tentunya dalam bidang pendidikan agar luarannya bias menjadi manusia yang berguna dan siap bersaing dengan siapapun. Dalam artikel ini agar pembahasan tidak terlalu luas maka penulis membatasi bahasan hanya mengenai pendidikan bahasa inggris di Indonesia.
Pelajaran bahasa inggris diajarkan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dihitung bahwa minimal 6 tahun (SMP-SMA) kita belajar bahasa inggris. Sangat disayangkan ternyata dalam interview banyak sekali lulusan SMA yng tidak bisa berbahasa inggris bahkan hanya untuk perkenalan diri pun banyak dari mereka yang tidak mampu. Ada apa sebenarnya dengan kualitas pendidikan bahasa inggris di Indonesia. apakah ada yang salah dengan sistemnya? Atau mungkin kualitas pengajarnya yang kurang? Atau juga memang minat dari masyarakatnya yang masih rendah?. Apabila kita analisis pertanyaan pertanyaan tadi maka pertanyaan yang kedua yang masih memerlukan jawaban. Pertanyaan satu dan tiga sudah terjawab sebenarnya, pemerintah telah menyediakan waktu yang lama untuk belajar bahasa inggris dimulai dari SD sampai PT, minat masyarakat juga mulai meningkat terbukti banyak dari mereka yang mengikuti kursus di luar sekolah.

Dari artikel yang berjudul Bagaimana Meningkatkan Mutu Hasil Pelajaran Bahasa Inggris di Indonesia karya Artssiyanti 2002. Terdapat beberapa masalah yang menurut para siswa, menghambat mereka untuk menguasai Bahasa Inggris. Masalah-masalah tersebut adalah:
1. Jarangnya guru berbicara dengan Bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini dirasakan menghambat oleh para siswa karena menurut mereka, mereka jadi tidak terbiasa mendengar orang lain berbahasa Inggris.
2. Pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (dan bukan pada percakapan), tetapi siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut.
Berdasarkan hasil kuestioner dan hasil tes pada para siswa, terlihat bahwa rata rata siswa menguasai pola-pola tata bahasa Inggris (misalnya struktur untuk simple present tense, dan lain lain) tetapi, siswa tidak mengetahui kapan struktur tersebut harus digunakan dan bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari hari. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa karena Bahasa Inggris, sama halnya seperti Bahasa Indonesia, akan lebih bermanfaat jika dapat digunakan dan diaplikasikan meskipun secara tata bahasa siswa tidak terlalu menguasainya. Bukan berarti bahwa pembelajaran tata bahasa ini tidak penting, tetapi perlu sekali teori teori tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari hari.
3. Kosa kata yang diajarkan tidak terlalu berguna dalam percakapan sehari hari. Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa kata kata yang diberikan oleh guru Bahasa Inggris di sekolah terlalu bersifat teknis, misalnya mengenai industrialisasi, reboisasi, dan lain lain, sementara siswa tetap saja mengalami kesulitan untuk mengartikan kata kata yang banyak digunakan pada film, majalah, dan situs situs internet berbahasa Inggris. Bahkan kadang kadang, siswa sangat hapal istilah istilah Bahasa Inggris untuk bidang politik (seperti misalnya reformation, globalization, dan lain lain) tetapi tidak dapat menyebutkan benda benda yang biasa mereka pakai sehari hari dalam Bahasa Inggris (misalnya celengan, selokan, dan lain lain). Beberapa kalangan siswa bahkan mengatakan bahwa dengan kosa kata seperti yang dipelajari di sekolah tidak mungkin siswa dapat memulai percakapan dengan orang asing dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ada benarnya juga, tidak mungkin tentunya kita tiba tiba mengajak orang yang baru kita kenal untuk mendiskusikan industrialisasi, misalnya.
4. Materi pelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMU tidak berkesinambungan Para siswa menyatakan bahwa sering terjadi pengulangan materi (seperti misalnya tenses) yang telah diajarkan di SMP di tingkatan SMU, tetapi tetap saja fungsi dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari hari kurang jelas.
Dari permasalahan permasalahan diatas ternyata memeng ada banyak hal yang harus diperbaiki dalam sistem belajar mengajar terutama untuk pelajaran bahasa inggris. Pola yang diajarkan guru ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan anak didik pun demikian dengan kurikulumnya.
Sebagai Penutup, memang tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pengajar sangat mempengaruhi mutu pendidikan anak anak didiknya. Di Indonesia system belajar mengajarnya masih berpola top-down atau dari atas kebawah. Dengan demikian jelaslah kualitas anak didik tergantung kualitas pengajarnya karena peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya. Oleh karena itu sudah saatnya untuk berbenah dimulai dari sekarang, dengan meningkatkan kualitas pengajar terutama untuk daerah daerah yang jauh dari keramaian dan fasilitas yang mendukung. Sehingga dengan belajar dari SD-SMA sudah cukup untuk bias berbicara bahasa inggris tanpa harus belajar lagi di tempat lain. Indonesia memiliki potensi yang besar, anak anak Indonesia cerdas, hanya sedikit membutuhkan sentuhan berbeda agar dapat tereksplorasi dengan maksimal. Sehingga generasi yang akan dating jauh lebih baik dan leibh siap menanggung amanat mencerdaskan kehidupan bangsa.


Referensi
Putri, D.A.E. 2002. Bagaimana Meningkatkan Mutu Hasil Pelajaran Bahasa Inggris di Indonesia. Tersedia : http://re-searchengines.com/artsiyanti.html (2 Maret 2002).

TOLETS82. 2008. Tentang Undang Undang Pendidikan. Tersedia : http://one.indoskripsi.com/node (16 November 2008).

http://www.km.itb.ac.id/web/

http://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_sispen



oleh Asep Surahman (090622)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar